penngbc – Kekalahan telak Juventus dengan skor 0-4 dari Atalanta di Stadion Allianz Stadium, Sabtu (18 Mei 2024), meninggalkan badai kritik bagi tim berjuluk Bianconeri. Namun, sorotan utama justru tertuju pada komentar pelatih Thiago Motta pascalaga, yang membela keputusan kontroversial wasit terkait gol penalti Atalanta yang memperparah pukulan bagi Juventus.

Kegagalan Juventus di Lini Pertahanan

Juventus tampil tanpa daya sepanjang pertandingan. Atalanta membongkar pertahanan Juventus lewat serangan cepat dan presisi. Gol pertama dicetak Ademola Lookman pada menit ke-23, disusul gol kedua Gianluca Scamacca (menit 37) yang memanfaatkan blunder bek Federico Gatti. Skor 2-0 di babak pertama semakin mempermalukan tuan rumah.

Babak kedua justru lebih buruk. Pada menit ke-55, Charles De Ketelaere menggandakan keunggulan Atalanta menjadi 3-0 lewat tendangan sudut. Puncak kontroversi terjadi di menit ke-72: wasit Marco Di Bello memberikan penalti kepada Atalanta setelah pelanggaran Wojciech Szczęsny terhadap Mario Pašalić. Gol penalti tersebut, yang dieksekusi sempurna oleh Teun Koopmeiners, mengunci skor 4-0.

Pembelaan Thiago Motta atas Insiden Penalti

Thiago Motta, yang baru menjabat sebagai pelatih Juventus musim ini, tampak emosional dalam konferensi pers. Meski mengakui kelemahan tim, ia menegaskan bahwa gol penalti Atalanta adalah “titik balik yang tidak adil”. “Szczęsny jelas menyentuh bola lebih dulu sebelum kontak dengan pemain. VAR seharusnya mengintervensi, tetapi kami tidak mendapat keadilan,” ujarnya.

Ia juga membantah tuduhan bahwa Juventus menyerah: “Pemain tetap berjuang, tetapi keputusan wasit merusak mentalitas tim. Sulit bangkit setelah gol keempat yang kontroversial.” Analisis replay memang menunjukkan sentuhan Szczęsny pada bola sebelum menjatuhkan Pašalić, namun Di Bello dianggap konsisten dengan aturan “endangering the safety of an opponent”.

Statistik yang Memalukan

Kekalahan ini memperlihatkan kelemahan struktural Juventus:

  • Hanya 3 tembakan tepat sasaran dari 9 percobaan.
  • 38% penguasaan bola, terendah dalam 5 tahun terakhir di kandang sendiri.
  • 15 pelanggaran dilakukan, termasuk 4 kartu kuning.

Sementara Atalanta mendominasi dengan 62% penguasaan bola dan 18 peluang tercipta. Pelatih Gian Piero Gasperini menyebut ini sebagai “penampilan terbaik Atalanta musim ini”.

kekalahan-juventus-0-4-motta-tuding-wasit-rusak-mental-tim-lewat-penalti-kontroversial

Reaksi Publik dan Kritik Media

Kekalahan ini memicu kemarahan suporter Juventus. Spanduk bertuliskan “Ridateci la Juve che amiamo!” (Kembalikan Juventus yang kami cintai!) terlihat di sekitar stadion. Media Italia seperti La Gazzetta dello Sport menyebut pertandingan ini sebagai “il giorno più buio” (hari tergelap) bagi Juventus dalam satu dekade terakhir.

Mantan legenda Juventus, Alessandro Del Piero, menyindir manajemen klub: “Kami butuh perubahan radikal, bukan sekadar ganti pelatih.” Sementara presiden klub, Gianluca Ferrero, dikabarkan akan menggelar rapat darurat untuk mengevaluasi masa depan Motta.

Masa Depan Thiago Motta dan Juventus

Spekulasi tentang pemecatan Motta mulai mencuat, meski manajemen belum memberikan pernyataan resmi. Juventus saat ini tertahan di peringkat ke-7 Serie A, berjarak 12 poin dari zona Liga Champions. Motta sendiri menegaskan komitmennya: “Saya datang untuk membangun proyek jangka panjang. Kekalahan ini adalah bagian dari proses.”

Di sisi lain, Atalanta kini melesat ke peringkat ke-4 dan berpeluang merebut tiket Liga Champions.

Juventus akan menghadapi Monza di laga lanjutan Serie A, tetapi fokus utama kini adalah memulihkan kepercayaan diri tim. Bagi Thiago Motta, tekanan semakin besar untuk membuktikan bahwa pembelaannya atas insiden penalti bukan sekadar alasan, tetapi refleksi dari komitmen memperbaiki performa tim.

Juventus sedang berada di persimpangan jalan. Kekalahan 0-4 bukan hanya soal skor, tetapi tanda tanya besar atas visi Thiago Motta dan stabilitas klub. Pembelaannya atas insiden penalti mungkin sah, tetapi yang dibutuhkan suporter adalah bukti nyata di lapangan.