penngbc – Sungai Ciliwung kembali meluap pada Senin (17/6) dini hari, menggenangi permukiman di 12 kelurahan sepanjang bantaran sungai. Ratusan warga di kawasan Bukit Duri, Kampung Melayu, dan Bidara Cina harus mengungsi ke posko darurat setelah genangan air mencapai 1,5–2 meter. Bencana tahunan ini tidak hanya merendam ribuan rumah, tetapi juga memutus akses listrik, merusak infrastruktur, dan menghentikan aktivitas ekonomi warga.


Pemicu Banjir yang Tak Pernah Tuntas

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat tiga faktor utama yang membuat banjir Ciliwung selalu berulang:

  1. Deforestasi Hulu: Alih fungsi lahan di kawasan Puncak, Bogor, mengurangi daerah resapan air.
  2. Sampah Sungai: 60 ton sampah menyumbat aliran Ciliwung setiap hari, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI.
  3. Penyempitan Sungai: Pembangunan permukiman liar di bantaran mengurangi kapasitas tampung sungai hingga 40%.

“Kami sudah membersihkan sampah rutin, tetapi kesadaran masyarakat membuang limbah ke sungai masih rendah,” ujar Asep Saepudin, Kepala Suku Dinas SDA Jakarta Timur.


Jerit Warga: “Kami Lelah Dievakuasi Setiap Tahun”

Di tengah genangan, warga berjuang menyelamatkan dokumen penting dan barang berharga. Siti Rahayu (47), ibu tiga anak di RT 05 Bukit Duri, bercerita:
“Air masuk begitu cepat saat kami tidur. Kasur, lemari, bahkan beras semuanya terendam. Sekolah anak-anak juga terpaksa libur karena ruang kelas jadi pengungsian.”

Banyak warga mengkritik lambannya pembangunan infrastruktur pencegah banjir. Proyek normalisasi sungai yang dimulai 2018 hingga kini baru menyelesaikan 30% pekerjaan.


Upaya Darurat vs Solusi Jangka Panjang

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan 50 pompa air portabel dan 200 perahu karet untuk evakuasi. Namun, langkah ini dinilai sekadar “obat sakit kepala” oleh para ahli.

Dr. Nur Hidayat, pakar tata kota dari Universitas Indonesia, menegaskan:
“Masalah banjir Ciliwung butuh pendekatan holistik. Normalisasi sungai harus dibarengi relokasi warga bantaran, restorasi ekosistem hulu, dan sistem drainasi perkotaan yang terintegrasi.”


Daftar Kerusakan Sementara (Per 17 Juni 2024):

Kategori Jumlah
Warga Terdampak 5.200 jiwa
Rumah Terendam 1.850 unit
Posko Pengungsian 15 lokasi
Sekolah Terdampak 8 SD dan 3 SMP

Masyarakat Siapkan Langkah Antisipasi

Kelompok relawan warga di Bidara Cina membentuk tim siaga banjir yang memantau ketinggian air via aplikasi Ciliwung Care. Mereka juga menyiapkan tas darurat berisi dokumen, obat-obatan, dan logistik kering.

“Kami tidak bisa terus bergantung pada pemerintah. Lebih baik berinisiatif sendiri,” kata Rudi Hartono, koordinator relawan.


Peringatan BMKG:
Hujan dengan intensitas tinggi diprakirakan terjadi hingga 20 Juni 2024. Warga diimbau waspada terhadap potensi banjir susulan dan tanah longsor.