penngbc – Film Gula dan Arwah garapan sutradara Kamila Andini menggemparkan jagat sinema global setelah tayang perdana di Festival Film Cannes 2025. Film ini mengangkat kisah kelam era kolonial Belanda di Jawa abad ke-19, mengolaborasikan elemen supernatural dengan kritik sosial yang tajam. Netflix menayangkan film ini secara global mulai 12 Oktober, langsung menempati Top 10 kategori film non-Inggris di 78 negara.

Kisah yang Menyentuh Sejarah Tersembunyi

Gula dan Arwah mengisahkan perjuangan Sari (diperankan oleh Christine Hakim), perempuan Jawa yang memimpin pemberontakan pekerja di pabrik gula Belanda. Konflik batinnya sebagai nyai (gundik kolonial) berpadu dengan kehadiran arwah-arwah korban eksploitasi yang menghantui perkebunan. Adegan flashback ke ritual kuno Jawa dan simbolisme ludruk (teater tradisional) memperkaya narasi.

Sutradara Kamila Andini menyatakan, “Kami ingin mengangkat sisi humanis dari sejarah yang sering terabaikan. Arwah dalam film ini bukan hantu, tapi metafora trauma kolektif.”

Respons Kritis dan Penghargaan

Film ini meraih Standing Ovation selama 8 menit di Cannes dan memenangkan Penghargaan Juri Khusus di Festival Film Sundance. Kritikus Variety, Peter Debruge, memuji: “Gula dan Arwah menyajikan sinema magical realism yang langka, dengan sinematografi memukau dan akting Christine Hakim yang mengharu biru.”

Di Indonesia, film ini memicu diskusi tentang warisan kolonialisme. Sejarawan Bonnie Triyana menilai, “Film ini membuka mata dunia tentang kekejaman cultuurstelsel (sistem tanam paksa) yang selama ini minim representasi di media global.”

Kolaborasi Seniman Internasional

Tim kreatif film ini melibatkan nama-nama besar seperti komposer Ryuichi Sakamoto (Jepang) yang menyusun partitur musik berbasis gamelan, serta penata kostum Eiko Ishioka (peraih Oscar untuk Bram Stoker’s Dracula). Mereka mengolah arsip visual abad ke-19 dari Leiden University untuk menciptakan atmosfer autentik.

Produser Mira Lesmana menjelaskan, “Kami bekerja sama dengan komunitas lokal di Yogyakarta untuk merekonstruksi pabrik gula jaman kolonial. Setiap detail punya makna filosofis.”

Dampak Sosial dan Kontroversi

Sejak rilis, tagar #GulaDanArwah menjadi trending topic di Twitter Indonesia dengan 1,2 juta cuitan. Namun, beberapa kelompok menyayangkan adegan kekerasan terhadap perempuan dalam film. Andini menanggapi, “Kami tidak ingin menyensor sejarah. Kekerasan itu bagian dari realita yang harus diingat.”

Misi Budaya ke Panggung Global

Kesuksesan Gula dan Arwah memicu minat studio Hollywood untuk adaptasi serial terbatas. Disney+ Hotstar sudah mengontrak Kamila Andini untuk proyek dokumenter tentang seni tradisi Nusantara.

Film ini akan mewakili Indonesia di Oscars 2024 kategori Film Internasional Terbaik. Christine Hakim berharap, “Semoga pencapaian ini membuka jalan bagi lebih banyak cerita lokal bertema sejarah untuk go internasional.”

Gula dan Arwah tidak hanya menghibur, tapi juga mengajak penonton global merefleksikan dampak kolonialisme yang masih membayangi dunia modern.