penngbc – Rafael Struick, pemain berdarah Belanda-Indonesia yang pernah menjadi sorotan, kini menghadapi fase sulit dalam kariernya. Striker berusia 21 tahun itu perlahan kehilangan tempat baik di klubnya, ADO Den Haag, maupun skuad Timnas Indonesia, padahal dua tahun lalu ia menjadi pilar utama.


Masa Kejayaan yang Berlalu

Pada 2022-2023, Struick menjadi andalan ADO Den Haag di Eerste Divisie (liga kedua Belanda). Ia mencetak 8 gol dan 5 assist dalam 28 pertandingan, performa yang membuat Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong memanggilnya untuk Piala AFF 2022. Saat itu, Struick langsung menunjukkan kontribusi dengan mencetak gol perdana melawan Kamboja.

“Dia memiliki insting finisher yang tajam dan kerja sama yang baik dengan Ernando Ariati di lini serang,” puji Shin Tae-yong dalam konferensi pers usai laga.


Penurunan Performa dan Penyebabnya

Namun, musim 2023-2024 menjadi titik balik negatif. ADO Den Haag hanya menurunkan Struick dalam 7 dari 24 pertandingan liga, dengan catatan 0 gol dan 1 assist. Kondisi ini membuat manajemen klub lebih memilih pemain muda lokal seperti Dylan Vente.

Di sisi lain, Timnas Indonesia juga mulai mengabaikannya. Shin Tae-yong tidak memasukkan nama Struick dalam skuad Piala Asia 2023 atau Kualifikasi Piala Dunia 2026. Beberapa sumber menyebutkan tiga faktor utama:

  1. Cedera hamstring yang ia alami awal 2023 mengurangi kecepatan dan mobilitasnya,
  2. Persaingan ketat di posisi striker dengan Ragnar Oratmangoen dan Hokky Caraka,
  3. Minimnya waktu bermain di klub membuat ritme permainannya terganggu.

Respons Klub dan Pelatih

Manajer ADO Den Haag, Darije Kalezić, menjelaskan keputusan mereka:
“Kami memberi kesempatan pada pemain yang konsisten. Sayangnya, Rafael kesulitan beradaptasi dengan sistem pressing intensif yang kami terapkan musim ini.”

Sementara itu, asisten pelatih Timnas Indonesia, Nova Arianto, menyatakan:
“Kami terus memantau semua pemain. Rafael masih punya potensi, tetapi ia harus kembali ke level terbaiknya dulu.”


Upaya Bangkit dari Titik Nadir

Struick sendiri belum menyerah. Pada Januari 2024, ia memutuskan bergabung dengan klub divisi tiga Belanda, FC Lienden, melalui status pinjaman untuk mencari menit bermain. Bahkan, ia kerap mengikuti latihan ekstra untuk memulihkan kebugarannya.

“Saya memahami kritik dari fans. Ini fase yang berat, tapi saya yakin bisa kembali,” ujar Struick dalam wawancara eksklusif dengan media Belanda.


Masa Depan yang Tidak Pasti

Meski demikian, jalan kembali ke puncak masih panjang. Kontraknya dengan ADO Den Haag akan berakhir pada Juni 2024, dan klub belum menunjukkan sinyal perpanjangan. Di kancah Timnas, peluangnya semakin kecil melihat munculnya talenta muda seperti Rabbani Tasnim.

Nasib Rafael Struick menjadi pengingat betapa dunia sepak bola bisa berubah cepat. Untuk bertahan, ia tidak hanya perlu memulihkan performa, tetapi juga membuktikan bahwa dirinya masih layak diperhitungkan. Seperti kata pepatah: “Forma adalah sementara, kelas adalah selamanya.”