Gelontoran Dana THR Rp20,8 T: Sri Mulyani Pacu Pertumbuhan Ekonomi lewat 5 Juta Penerima

penngbc – Menteri Keuangan Sri Mulyani resmi mengalokasikan dana Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar Rp20,8 triliun kepada 5 juta penerima di sektor informal dan UMKM. Program ini menjadi bagian dari strategi pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan mencapai 5,3% pada kuartal III 2024.


Rincian Alokasi dan Sasaran Penerima

Sri Mulyani menegaskan, dana THR ini akan disalurkan melalui 3 skema utama:

  1. Bantuan Langsung Tunai (BLT): Rp12 triliun untuk 3 juta pedagang kaki lima dan pekerja harian.
  2. Subsidi Bahan Baku UMKM: Rp6 triliun untuk 1,5 juta pelaku usaha mikro.
  3. Pelatihan Keterampilan: Rp2,8 triliun untuk 500.000 penerima di sektor pertanian dan perikanan.

Lima provinsi dengan alokasi tertinggi:

  • Jawa Barat: Rp3,2 triliun
  • Jawa Timur: Rp2,9 triliun
  • Sumatera Utara: Rp2,1 triliun
  • Sulawesi Selatan: Rp1,8 triliun
  • Nusa Tenggara Timur: Rp1,5 triliun.

Mekanisme Penyaluran dan Jadwal

  • Pencairan Tahap Pertama (1-10 Juli 2024): Penerima di sektor pertanian dan perikanan.
  • Tahap Kedua (11-20 Juli 2024): Pedagang kaki lima dan UMKM makanan/minuman.
  • Tahap Ketiga (21-30 Juli 2024): Pekerja harian di bidang konstruksi dan transportasi.

Penerima wajib mendaftar melalui aplikasi SIAP Kerja atau kantor dinas sosial setempat. Pemerintah menggunakan sistem biometrik untuk memastikan dana tepat sasaran.


Dampak Ekonomi yang Diharapkan

Sri Mulyani memproyeksikan dana ini akan meningkatkan daya beli masyarakat sebesar Rp28 triliun dan menekan angka kemiskinan hingga 0,5%. “Ini stimulus untuk sektor riil. Uang akan berputar di pasar tradisional, warung, dan sentra UMKM,” tegasnya dalam konferensi pers.

Ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyebut program ini bisa memicu pertumbuhan sektor retail sebesar 4,8%. “Pola serupa sukses di Thailand dan Vietnam saat resesi 2023,” ujarnya6.


Tantangan dan Kritik

Koalisi Buruh Nasional (KBN) menuntut pemerintah memperluas cakupan penerima. “Masih ada 2 juta pekerja lepas yang belum terdaftar,” protes Ketua KBN, Andi Wijaya.

Sri Mulyani membantah isu penyelewengan dana. “Kami pasang 3.000 auditor dan gunakan teknologi blockchain untuk transparansi,” paparnya.


Langkah Selanjutnya

Pemerintah akan evaluasi program ini pada Agustus 2024. Jika berhasil, alokasi THR 2025 akan dinaikkan menjadi Rp25 triliun dengan tambahan 1 juta penerima.

Evaluasi Risiko Ekonomi Global Pasca Pertemuan G20 dan IMF-World Bank

penngbc.com – Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan temuan penting terkait kondisi ekonomi global setelah menghadiri pertemuan G20 dan IMF-World Bank Spring Meetings di Amerika Serikat. Pertemuan tersebut menghasilkan konsensus bahwa perekonomian dunia masih dihantui oleh risiko substansial.

Pertemuan Internasional dan Kondisi Ekonomi Global

Dalam kunjungan kerjanya, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa diskusi dalam pertemuan G20 dan IMF-World Bank telah didominasi oleh isu-isu yang berkaitan dengan kerentanan ekonomi global. Terdapat kecenderungan bahwa mood dan fokus pembuat kebijakan keuangan internasional saat ini terpusat pada risiko downside yang mengancam perkembangan ekonomi.

Proyeksi Pertumbuhan dan Risiko yang Diidentifikasi

Sri Mulyani menyampaikan bahwa prospek ekonomi global cenderung stagnan, dengan proyeksi pertumbuhan yang tetap lemah pada angka 3,2% untuk tahun 2024 dan 2025. Empat risiko utama yang diidentifikasi adalah:

  1. Eskalasi ketegangan geopolitik, khususnya di Timur Tengah.
  2. Kebijakan suku bunga ‘high for longer’ dari Federal Reserve AS yang menunda penurunan suku bunga.
  3. Gejolak pasar keuangan global yang menyebabkan aliran keluar modal dan depresiasi nilai tukar di pasar negara berkembang.
  4. Peningkatan beban utang yang diperberat oleh tingginya cost of borrowing dan depresiasi nilai tukar.

Implikasi Kebijakan Fed AS dan Pengaruhnya pada Pasar Global

Sri Mulyani menekankan bahwa kebijakan suku bunga yang tetap tinggi dari Federal Reserve telah menciptakan ketidakstabilan di pasar modal global, mendorong capital outflow dari banyak negara, dan berpengaruh pada penguatan dolar AS serta pelemahan mata uang negara lain.

Tantangan Fiskal Negara Berkembang

Situasi fiskal yang sulit di negara berkembang, terutama anggota G20, menjadi sorotan karena defisit dan rasio utang yang meningkat akibat pandemi dan kebijakan yang diambil. Dampaknya adalah peningkatan biaya pinjaman, yang menjadi perhatian serius para menteri keuangan dan gubernur bank sentral.

Pertemuan G20 dan IMF-World Bank Spring Meetings menggarisbawahi bahwa perekonomian global sedang menghadapi risiko yang besar, memerlukan navigasi yang hati-hati dan strategi mitigasi risiko yang kuat. Temuan Sri Mulyani mengindikasikan bahwa pemahaman dan persiapan terhadap potensi gejolak ekonomi mendatang menjadi sangat penting bagi pembuat kebijakan di seluruh dunia.