penngbc.com

penngbc.com – ByteDance, konglomerat teknologi di balik platform populer TikTok, telah mengambil sikap tegas terhadap tekanan regulasi dari Amerika Serikat. Perusahaan tersebut telah menyatakan preferensinya untuk menghentikan operasi TikTok di AS daripada dipaksa untuk menjualnya ke perusahaan AS. Keputusan ini muncul di tengah ancaman regulasi yang mengharuskan divestasi atau penjualan perusahaan berbasis di China tersebut.

Algoritma TikTok: Inti dari Keberatan ByteDance terhadap Penjualan

Menurut informasi yang Reuters dapat dari empat sumber di AS, ByteDance tidak bersedia untuk menjual TikTok. Alasan utama di balik keengganannya adalah nilai penting dari algoritma TikTok, yang dianggap sebagai inti dari operasional dan kesuksesan bisnis ByteDance. Meskipun TikTok hanya berkontribusi sebagian kecil pada pendapatan dan pengguna total ByteDance, perusahaan lebih memilih untuk menutup aplikasi di AS daripada kehilangan kontrol atas teknologi tersebut.

Pernyataan Resmi ByteDance dan Sikap CEO TikTok

ByteDance telah mengumumkan secara resmi melalui Toutiao, salah satu platformnya, bahwa tidak ada rencana untuk menjual TikTok. Pernyataan ini mengikuti laporan dari The Information yang menyinggung kemungkinan penjualan TikTok tanpa termasuk algoritmanya. CEO TikTok, Shou Zi Chew, telah menyatakan keyakinan bahwa perusahaan dapat memenangkan gugatan hukum terhadap undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden AS Joe Biden, yang mewajibkan penjualan TikTok.

Mandat Presiden Biden dan Konsekuensi untuk TikTok

Presiden Joe Biden telah menandatangani undang-undang yang disetujui oleh Senat dan DPR AS, yang menargetkan TikTok dengan alasan perlindungan data warga AS dari pemerintah China. Undang-undang tersebut memberikan batas waktu hingga 19 Januari 2024 untuk penjualan TikTok, gagalnya penjualan akan mengakibatkan pelarangan aplikasi tersebut di toko aplikasi App Store dan Play Store di seluruh AS.

Estimasi Harga Jual TikTok dan Kompleksitas Transaksi

TikTok diperkirakan memiliki nilai jual yang mencapai $100 miliar, angka yang relatif rendah dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh layanan ini di AS pada tahun sebelumnya. Namun, banyak kendala yang diantisipasi dalam proses penjualan ini. Lee Edwards, mantan mitra di Shearman & Sterling, menyoroti kompleksitas dan tantangan transaksi, menekankan kesulitan dalam menyelesaikan kesepakatan sebesar ini dalam waktu yang sangat singkat.

Minat dari Para Investor Potensial

Meskipun ada banyak rintangan, minat untuk mengakuisisi TikTok tetap tinggi. Mantan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah menyatakan bahwa ia sedang mengorganisir sekelompok investor untuk pembelian TikTok. Bobby Kotick dan Kevin O’Leary juga telah menunjukkan ketertarikan mereka terhadap aplikasi tersebut. Namun, terdapat tantangan dalam mengumpulkan dana yang cukup untuk akuisisi, terutama jika dilakukan melalui konsorsium investasi, yang dapat menambah kerumitan dalam negosiasi.

Dalam menghadapi undang-undang AS yang baru, ByteDance memilih untuk mengambil pendekatan yang tegas dengan mempertimbangkan untuk menutup operasi TikTok di AS ketimbang menjualnya. Keputusan ini menyoroti betapa kritikalnya algoritma bagi bisnis mereka dan menunjukkan kemungkinan perubahan pasar media sosial di AS. Meskipun ada minat yang kuat dari investor potensial, hambatan regulasi dan kendala waktu membuat masa depan TikTok di AS tidak pasti.