penngbc.com – Kapal selam bertenaga nuklir terbaru milik China dilaporkan mengalami kecelakaan serius dan tenggelam di awal tahun 2024, menurut informasi dari pejabat Amerika Serikat. Insiden ini menjadi sorotan internasional, mengingat pentingnya peran kapal selam dalam kekuatan militer dan pertahanan strategis negara-negara besar.
Laporan mengenai tenggelamnya kapal selam nuklir China pertama kali muncul melalui sumber intelijen AS, yang menyatakan bahwa kecelakaan itu terjadi di perairan Laut China Timur pada Januari 2024. Meski pemerintah China belum secara resmi memberikan pernyataan mengenai insiden ini, informasi dari pejabat AS tersebut mengungkapkan bahwa kejadian tersebut telah menyebabkan kerugian besar bagi Angkatan Laut China.
Menurut laporan yang dirilis oleh beberapa media Amerika Serikat, kapal selam yang terlibat dalam kecelakaan ini adalah salah satu kapal selam bertenaga nuklir terbaru China yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara tersebut di wilayah Indo-Pasifik. Namun, hingga saat ini, detail lengkap mengenai penyebab kecelakaan dan jumlah korban yang terlibat masih belum jelas.
Pejabat AS yang berbicara kepada media menyatakan bahwa “China tampaknya berusaha menutupi insiden ini.” Menurutnya, pemerintah China telah melakukan langkah-langkah untuk membatasi informasi tentang tenggelamnya kapal selam tersebut, termasuk mencegah publikasi berita terkait di dalam negeri.
“Kami masih memverifikasi semua detailnya, tetapi tampaknya ini adalah kecelakaan besar yang melibatkan salah satu kapal selam bertenaga nuklir paling canggih mereka,” tambah pejabat itu, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya.
Kapal selam bertenaga nuklir merupakan bagian penting dari armada laut militer China, terutama dalam konteks ketegangan yang terus meningkat di wilayah Laut China Selatan dan Indo-Pasifik. Kehilangan kapal selam ini bisa mempengaruhi strategi pertahanan China, yang tengah berusaha untuk memperluas kekuatan militernya dan memperkuat kendali atas wilayah-wilayah yang menjadi sengketa.
Pengamat militer internasional menilai bahwa tenggelamnya kapal selam ini bisa menjadi pukulan bagi Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA Navy). “Kapal selam bertenaga nuklir adalah aset strategis utama yang mampu memberikan daya deterens yang signifikan. Kehilangan satu di antaranya bukan hanya soal kerugian finansial, tetapi juga kerugian strategis bagi posisi militer China,” ujar seorang analis pertahanan.
Berita tenggelamnya kapal selam nuklir China ini memicu reaksi beragam di kalangan internasional. Beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik, terutama yang memiliki sengketa wilayah dengan China, mengamati situasi ini dengan seksama. Mereka khawatir insiden semacam ini dapat menambah ketegangan di kawasan yang sudah penuh dengan perselisihan geopolitik.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan sekutunya seperti Jepang dan Australia, yang sering berpatroli di kawasan Indo-Pasifik, diperkirakan akan memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat aliansi mereka dalam menghadapi peningkatan pengaruh militer China.
Meski informasi mengenai tenggelamnya kapal selam ini telah bocor ke publik internasional, China sendiri tampak enggan memberikan klarifikasi resmi. Hal ini semakin memicu spekulasi tentang bagaimana China menangani insiden besar dalam operasi militernya, dan menambah sorotan pada kurangnya transparansi negara tersebut dalam hal isu-isu militer dan keselamatan.
Analis menyebut bahwa kebijakan tertutup seperti ini kerap menjadi ciri khas operasi militer China. “Jika benar adanya, insiden ini dapat menjadi contoh nyata betapa kurangnya transparansi militer China, terutama dalam hal kecelakaan yang melibatkan aset-aset strategis seperti kapal selam nuklir,” ujar seorang pakar militer dari AS.
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah China belum memberikan tanggapan resmi terkait tenggelamnya kapal selam nuklir mereka. Sementara itu, pejabat AS terus memantau situasi dan mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai penyebab kecelakaan tersebut. Di tengah ketegangan geopolitik yang terus meningkat di Asia-Pasifik, insiden ini menjadi tanda bahaya bagi upaya militerisasi di kawasan yang sensitif secara politik dan strategis.